Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Januari 2011

Rocket Rockers Bio

Catatan Perjalanan Rocket Rockers :
1998 (Soeharto lengser, sebuah band pop punk lahir di Bandung)
Immorality President adalah band yang terbentuk menjadi cikal bakal Rocket Rockers. Firman (vocal/guitar), Aska (vocal/guitar), Bisma (bass), Doni (drums) adalah formasi awal Immorality President saat itu.
1999 (and the name is ROCKET ROCKERS!)
Firman (vocal/guitar) keluar dari Immorality President karena satu dan lain hal. Akhirnya mereka merkrut Al a.k.a Ucay untuk gabung di Immorality President. Namun nama band itu tidak berlangsung lama, sampai akhirnya Ucay mengusulkan nama Rocket Rockers sebagai penggantinya. Panggung pertama Rocket Rockers adalah di acara 17 Agustusan di lapangan komplek dekat Bisma tinggal. Rocket Rockers tampil di depan bapa-bapa, ibu-ibu dan warga sekitar yang duduk resmi namun Rocket Rockers tetap tampil ugal-ugalan dengan membawakan lagu-lagu berlirik tidak senonoh.
2000 (1st Compilation)
Untuk pertamakalinya Rocket Rockers masuk dalamsebuah kompilasi dari bonus CD majalah Fallen Angel bersama Poison The Well, Strung Out, Not Available, Step Forward dll. Di tahun 2000 ini, Rocket Rockers mulai sering main di pensi-pensi SMA dan acara-acara kolektif.
2001 (Punk Rock Show and Skateboarding events)
Rocket Rockers menjadi salah satu band pembuka konser Skin Of Tears (band punk asal Jerman) di teater terbuka Dago Tea House bersama Kuro!, Stadium 12 dan No Label. Di tahun yang sama pula Rocket Rockers medapat kontrak endorsement dengan Volcom dan Electric Sun Glasses. Sampai akhirnya Rocket Rockers kerapkali main di event skateboarding.
2002 (1st Album….BOOM!)
Rocket Rockers menjadi salah satu band pembuka di konser Last Show Ever-nya Puppen (band hardcore legendaries asal Bandung). Di tahun yang sama juga Rocket Rockers mengeluarkan album perdana-nya “Soundtrack For Your Life” di bawah naungan OffTheRecords. Album tersebutmencapai penjualan 15.000 copies lebih. Sampai suatu saat, single lagu “Finishkan” menjadi No.1 beberapa minggu di chart indie Radio Prambors.Berbagai media massa cetakpun memprediksikan Rocket Rockers menjadi “The Next Big Thing” (Hard Act To Follow Next Year) bersama Superman Is Dead, The White Stripes, The Hives dan The Vines –Majalah HAI No.45 11 Nov 2002-. Juga beberapa media massa seperti Boardriders, Ripple Magazine, Pause Magazine, Gadis, Kawanku, Pikiran Rakyat, dll mulai banyak mengulas Rocket Rockers. Untuk video clip, Rocket Rockers memilih single “Tergila” garapan Cerrahati dan sudah tayang di MTV. Pensi-pensi sampai acara independent-pun banyak mengundang Rocket Rockers untuk menjadi bagian dari acara. Sampai akhirnya gaung Rocket Rockers mulai merambah ke luar kota dan pulau. Sebutlah Jakarta, Bekasi, Subang, Pandeglang, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sudah dilalui dan undangan dari Medan, Bali, Balikpapan, Ujung Pandang, Singapore, Malaysia terus meramaikan e-mail dan guestbook. Melihat demand yang semakin membesar terhadap Rocket Rockers, membuat mereka harus menjalankan band dengan professional.
2003 (Menembus layar lebar)
Di tahun ini juga Rocket Rockers sempat menjadi cameo dan pengisi scoring di film “Cinta 24 Karat” karya Richard Buntario. Di tahun yang sama, Doni (drummer) keluar dari Rocket Rockers dan digantikan oleh Ozom.
2004 (Major Label, Kontroversi & Struggle)
Di awal tahun ini Rocket Rockers di kontrak oleh Sony Music dan melahirkan album ke 2 “Ras Bebas” di tahun 2004. Album tersebut laris 20.000 copies dibulan pertama edar. Rocket Rockers di tahun 2004 telah membuat 3 video klip yang tayang di MTV, diataranya: “Bangkit”, “K.L.A.S.S.I.X” dan “Pesta”. Seperti biasa band indie yang memiliki grass root kuat lalu masuk major label akan menemui kontra-kontra dari core fans. Testimonial di website pun cukup memanas. Dan suatu saat ketika Rocket Rockers interview di sebuah radio di Makassar dan menyebutkan bahwa Rocket Rockers masuk Sony Music, keesokan harinya aksi panggung Rocket Rockers di sebuah pensi dihujani oleh ludah yang bertubi-tubi dari penonton. Penontonm terus meludahi dari lagu pertama sampai terakhir, namun Rocket Rockers tetap tegar main sampai lagu terakhir walaupun Ucay (vokal) badan dan muka-nya sudah dipenuhi oleh ludah. Seiring waktu dan kedewasaan scene, wacana indie-major mulai memudar, panggung Rocket Rockers pun berangsur aman di berbagai kota.
2006 (Masuk dalam film sejarah punk sedunia: PUNK’S NOT DEAD)
Rocket Rockers tahun ini berhasil membuat sejarah baru sebagai satu-satunya band Indonesia yang masuk ke dalam sebuah film dokumenter punk se-dunia “PUNK’S NOT DEAD THE MOVIE: A Revolution 30 Years In the Making”. Film yang disutradarai oleh Susan Dynner tersebut menelusuri perkembangan dan eksistensi punk rockn selama 30 tahun. Susan Dynner dalam film tersebut mencoba untuk menggambarkann betapa besarnya kultur punk di dunia. Ide awalnya ketika Susan menonton sebuah acara reuni akbar band-band punk tua sampai yang muda dengan sponsor LEVI’S. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat PUNK’S NOT DEAD THE MOVIE. Film tersebut menuai pujian dari festival seperti The Copenhagen International Documentary Film Festival, Melbourne International Film Festival, Buenos Aires Film Festival, San Francisco International Film Fastival hingga Cannes Film Festival. Band-band dan artis yang terlibat didalamnya: NOFX, Sex Pistols, Minor Threat, Black Flag, The Ramones, Dead Kennedys, Rancid, Greenday hingga band-band masa kini seperti My Chemical Romance, The Used, Thrice, SUM 41, Good Charlotte, Story Of The Year, dll. Juga interview beberapa tokoh penting punk lainnya. Rocket Rockers menjadi bagian dari rentetan band tersebut, adalah sesuatu yang sangat membanggakan.
Di pertengahan 2006 Rocket Rockers masuk studio lagi untuk merampungkan album ke 3 “Better Season”. Tanpa di duga selesai rekaman, di akhir tahun 2006, 13 lagu Rocket Rockers menyebar hand to hand, hardisk to hardisk diluar kuasa Rocket Rockers. Lagu yang menyebar masih hasil mixing dan belum di mastering. Entah siapa yang menyebarkannya. Alhasil, materi lagu Rocket Rockers sudah menyebar ke pelosok nusantara. Hal tersebut terbukti saat manggung di berbagai daerah, semua sudah sing along.Request di internetpun membludak.
2007 (Resign from Sony/BMG)
Rocket Rockers di tahun ini mendapat endorsement dari produk sepatu yang dikelola olehTom Delonge (Blink182/Angel And Airwaves). Disamping itu, setelah menjalinkerjasama dengan Sony Music (yang sekarang menjadi Sony-BMG) selama kuranglebih 3 tahun, Rocket Rockers akhirnya putus kontrak dengan Sony-BMGdikarenakan sudah tidak adalagi kerjasama yang bisa menguntungkan. AkhirnyaRocket Rockers membuat label sendiri yang diberi nama Reach & Rich Records.
2008 (…..a Better Season)
Di awal tahun 2008, Rocket Rockers berhasil menjadi salah satu band pembuka konser MXPX di Basket Hall A Senayan Jakarta bersama Superman Is Dead dan Fornufan.Rocket Rockers terpilih sebagai satu-satunya band rock Indonesia yang memiliki fans paling banyak di friendster yang mencapai 50.000 fans lebih dan alhasil Rocket Rockers di undang ke gathering Friendster oleh David Jones (founder of Friendster) di Grand Indonesia bersama RAN, Ten 2 Five dll.
Setelah hampir 2 tahun materi album ke 3 yang bocor,lagu yang berjudul “Ingin Hilang Ingatan” menjadi top request di friendster dan radio-radio, bahkan di tv lokal sebelum waktunya keluar.
Juni 2008, single dari album ke 3 “Better Season” dilepas ke radio-radio dan langsung meduduki posisi 1 di Radio Ardan Bandung dan menjadi top reques di lagu-lagu lainnya. Video clip yang digarap untuk album “Better Season” adalah “Terobsesi” yang dibuat oleh M.Irsan dari:Grafitasi (yang juga kameramen dari Rocket Rockers). Konsep video clipnya adalah lebih ke reality show yang menampilkan artis-artis, musisi dan teman-teman yang memberi testimonia untuk Rocket Rockers. Musisi dan artis yang ikut andil adalah: Ian Antono, Aura Kasih, Ronal Disko, Sogi, Ence, Masayu Anastasia, Melanie Soebono. Piyu Padi, Tri Utami, Purwacaraka, Tria Changcutters, Bayu O.B, Ajeng “Be a man”, Ocha “Weekend Seru” dan beberapa teman juga alien.
Di tahun 2008 ini juga Rocket Rockers menjadi cover depan majalah RIPPLE, MOSH MAGAZINE, GREY MAGAZINE.
Akhir juli Rocket Rockers akhirnya mengeluarkan album ke 3-nya yang sudah lama tertunda di bawah naungan label sendiri: Reach & Rich Records. Penjualan awal masih menerapkan direct selling di setiap panggung Rocket Rockers. Bahkan dibeberapa kesempatan, personel Rocket Rockers melakukan penjualan hand to hand yang lumayan mendapat apresiasi bagus. Setelah program direct selling, rencananya penjualan album “Better Season” akan bekerja sama dengan clothing lokal yang membuatkan T-shirt Rocket Rockers untuk dijual bersama CD ke seluruh nusantara.
Video Clip “Terobsesi” dari album Better Season sudah tayang di MTV.
Single ke-2 “Ingin Hilang Ingatan” untuk pertama kalinya masuk, dalam jangka waktu beberapa minggu langsung menduduki posisi chart nomer 1 di Ardan Top Request Chart menggeser posisi lagu “Laskar Pelangi” dari Nidji dan band-band dan penyanyi-penyanyi kelas Nasional Indonesia.
Di tahun 2008 ini, walaupun merilis albumnya dengan records sendiri, Rocket Rockers berhasil mendapat panggung di layar kaca tv local dan nasional. Sebut saja “Dahsyat” RCTI, “Klik” dan “Planet Remaja” ANTV, “On The Spot” Trans7 dan beberapa acara tv lokal.
» ROCKET ROCKERS: Mereka Ingin Jadi “Pemberontak”
MENJADI “guru” untuk fans fanatiknya. Menarik juga kepedulian band bandung bernama ROCKET ROCKERS ini. Mereka memilih untuk memberi pembelajaran kepada fans, musik keras tidak identik dengan kekerasan. Musik keras tidak identik dengan drugs. Siapa band yang “sok idealis” ini?
Di ranah sempit punk melodic, nama Rocket Rockers sudah tidak bisa dianggap remeh. Apalagi di Bandung dan sekitarnya. Maklumlah, lima personilnya mengais ilmu, termasuk bermusik, semuanya di Kota Bandung.
Rocket Rockers lahir pada tahun 1998 dengan nama awal Immorality President (Firman guitar/voc, Aska guitar/voc, Bisma bass/voc, Doni drums), namun nama itu hanya berjalan sekitar 1 tahun saja, karena vokalis yang pertama keluar karena satu dan lain hal. Sehingga pada tahun 1999 para personelnya masih mencari vokalis, dan akhirnya mereka mendapatkan seseorang yang bernama Ucay yang baru saja keluar dari band skate rock terdahulunya New Kicks On The Board. Setelah Ucay masuk, nama Immorality President berubah menjadi Rocket Rockers dengan pertimbangan membuat image baru yang lebih fresh.
Melihat deretean panjang perjalan musik band ini, kita tidak bisa bilang ini band baru. Di ranah indie Bandung, Rocket Rocker termasuk salah satu yang getol main di banyak acara. Untuk sekedar merefresh, band ini sudah mondar-mandir di seabrek album kompilasi seperti Fallen Angel, Still Punx, Still Sucks!, No Place To Get Fun, Bad Tunes And Some Ordinary Things, Ripple (Demo) #8, New Generation Calling, Hati Keccil (vcd bmx). Rocket Rockers juga sempat menjadi salah satu band pembuka Skin Of Tears (band punkrock asal Jerman) di Dago Tea House Bandung.
Kemudian mereka bergabung dengan salah satu label besar Sony-BMG Indonesia, dan langsung kontrak enam album. Sempat ada kekuatiran, fans-fans mereka bakal “protes” lantaran semangat indie biasanya menolak segala hal yang berbau kemapanan. “Untunglah fans kita bisa mengerti apa yang kita lakukan, apalagi musik kita tidak ada perubahan yang jauh dari awalnya,” jelas Ucay, vokalis, kepada TEMBANG.com yang mewawancarai band ini, Kamis [03/02/2005].
“Satu hal yang berbeda sekarang, kita bisa lebih eksplore musikalitas karena tidak pusing lagi dengan persoalan biaya studio,” terang Ucay yang bernama asli Noor Al Kautsar. Kelebihan di eksplorasi musik itulah yang membuat mereka yakin, musik mereka sekarang jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
Mereka, Aska [Guitar/Vocal], Ucay [Vocal], Bisma [Bass/Back Vocal], Lope [Guitar/Back Vocal], Ozom [Drums/Back Vocal], dari awal menyebut musik yang dimainkannya dengan college punk. “Itu sebenarnya istlah kami saja, karena musik dimainkan Rocket Rockers adalah punk melodic,” tutur Aska. College punk dalam benak mereka adalah karena banyak personilnya yang masih kuliah dan belum [atau tidak?] lulus-lulus karena kesibukan bermusik. “Mungkin setelah kami semua married, namanya bisa saja married punk, ha..ha,” celetuk Aska dan Bisma serempak sambil terkekeh.
Meski banyak tudingan mereka “disetir” oleh label, tapi pelan-pelan mereka memantah tudingan tersebut. “Label sama sekali tidak ikut-ikutan dengan musikalitas yang kami mainkan kok,” jelas Ucay lagi. Nekatnya, Rocket Rockers juga cuek dengan anggapan mereka ikut trend pasar. “Wah kita bikin lagu sih bikin aja, tidak lihat pasar,” sela Bisma.
Lewat label barunya, mereka merilis album baru yang diberi titel Ras Bebas. Album ini sekaligus jawaban atas tudingan-tudingan perubahan konsep musikal mereka. “Ras Bebas maknanya kita bebas berkarya, bebas memaknai segala sesuatu. Lirik juga lebih bebas,” imbuh Ucay lagi.
Persoalan pemberontakan dan kebebasan menjadi “menu utama” dari band yang diendorse Volcom & Electric Sunglasses. Pemberontakan itu mulai ketika mereka jengah melihat pop begitu dominan di pentas musik Indonesia, sementara aliran lain lebih sering “ditolak” oleh radio atau label. “Kita pingin dobrak anggapan bahwa musik kita tidak bisa masuk dan disukai,” jelas Aksa semangat.
Mereka juga menolak disebut “terlambat” karena era punk melodic sedang surut. “Nggaklah, musik kita fleksibel dan kami yakin punya penggemar tetap kok,” kilah Ucay sembari tersenyum. “Kita sih maunya mengendalikan trend, bukan sebaliknya,” tambahnya. Rocket Rockers merasa, komunitas musik mereka sudah cukup kuat.
Anggapan bahwa musik punk [rock umumnya --red] adalah musik yang rawan dengan konflk dan kekerasan, dibantah oleh Rocket Rockers. Menurut Ucay, tak cuma musik punk sebenarnya yang bisa menimbulkan konflik. “Gue lebih melihat kurangnya pendidikan, latar belakang dan gaya hidup seseorang sebagai pemicu konflik,” terang Ucay lagi sembari bercerita adanya konflik antara fans dua band punk lokal. Sedang Bisma dan Aksa lebih menyoroti persoalan imej punk yang identik dengan kehidupan keras.
Menyikapi hal tersebut, Rocket Rockers memilih memberikan pembelajaran lewat banyak hal. “Website, majalah, atau ngobrol langsung dengan fans, menjadi cara yang ampuh untuk saling mengerti,” tegas Lope. “Sekarang fans kita lebih terbuka menerima perbedaan kok,” terang Ucay, cowok yang kuliahnya di Universitas Padjajaran belum juga kelar.
Band-band seperti Rocket Rockers memang belum “besar” secara sales, meski untuk hitungan mereka yang lama “nguplek” di scene indie, sudah masuk bagus. Tapi bukan persoalan laku atau tidaknya saja, tapi konsistensi menjadi penting sekarang ini. Rocket Rockers masih harus membuktikan hal itu.

1 komentar:

  1. How to get free spins on roulette at the best casino
    A free spin machine, for example, has a certain number of 안산 출장샵 symbols 충청북도 출장마사지 that are in addition to the number of spins that 구미 출장안마 are available in 춘천 출장마사지 the slot machine. 시흥 출장안마 This is usually the

    BalasHapus